![]() |
pexels.com |
Bendungan air mataku sudah sangat berdiri kokoh hingga susah untuk kuruntuhkan kembali seluruh bagiannya.
Keyakinan itu justru semakin menyiksa beriring dengan kesadaran dan pengetahuan bahwa ternyata manusia butuh tangisan.
Penilaianku terhadap perasaan baik dan buruk ternyata yang membuat penyakit tak kasat mata itu menjalar di tubuhku.
Bahagia adalah perasaan yang baik.
Sedih adalah perasaan yang buruk.
Tertawa adalah respons terhadap perasaan yang baik.
Menangis adalah respons terhadap perasaan yang buruk.
Tahukah kalian bahwa penilaian itu adalah kesalahan yang besar.
Perasaan manusia tidak dapat dinilai dengan baik atau buruk. Perasaan manusia adalah hal penting yang sudah memegang tugasnya masing-masing.
Tak mungkin tahu rasa bahagia tanpa pernah sedih dan tak akan tahu rasa sedih tanpa pernah bahagia.
Bila bahagia, maka akan tertawa. Bila sedih, maka akan menangis. Tuhan telah mengaturnya seperti itu dan memang harus begitu.
Aku yang menganggap tangisan adalah wujud kelemahan telah menanggung akibat dari meremehkan pengaturan sistem perasaan manusia.
Saat ini, aku kurang bisa memahami perasaanku sendiri. Aku tidak mengerti apakah aku sedang bahagia atau sedih.
Aku bahkan ingin lebih sering menangis. Aku juga ingin merasakan kebahagiaan yang seharusnya dirasakan.
Sudah lama aku tidak merasakan gelombang perasaan-perasaan itu.
Aku telah banyak menipu dengan berusaha menjadi empati, padahal sebenarnya aku sendiri bingung tentang perasaanku sendiri.
Dulu, aku begitu pandai mengolah perasaan. Bila sedih, aku tidak malu untuk menangis dan merengek. Bila bahagia, aku akan merayakannya dengan tertawa yang sesungguhnya.
Jujur terhadap perasaan sendiri merupakan jalan utama menuju kehidupan yang benar-benar 'hidup.'
Jujurlah dulu kepada diri sendiri.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa sekitar kita sering menuntut hal-hal yang tidak manusiawi.
Beban kita semua sudah sangat berat.
Tidakkah akan lebih berat apabila kita tambah dengan menanggung kebohongan atas diri sendiri?
Lepaskan kebohongan itu, biarkan air mata dan suara tawa menunaikan kewajiban yang telah Tuhan berikan kepadanya atas dirimu.***
Komentar
Posting Komentar