![]() |
pexels.com |
Di mana pun kita bertempat tinggal, kota atau desa, hiruk pikuk kehidupan yang sibuk tidak akan pernah lepas dari pengamatan mata.
Orang-orang dewasa mulai bergerak ke sana ke mari dari pagi buta. Mereka berangkat ke kantor, ke sawah, ke ladang, ke jalanan, ke restoran, ke sekolah, dan tempat-tempat sibuk lainnya.
Dulu, kita pernah menjadi pengamat kesibukan itu dari jendela rumah. "Wah, betapa menyenangkannya jadi dewasa."
Lalu, kita yang masih hidup dalam imajinasi itu mulai menerka-nerka akan jadi apakah kita ketika dewasa.
"Aku ingin jadi dokter yang hebat, menyembuhkan orang sakit dan membuatnya senang"
"Aku ingin jadi pilot, membawa orang-orang yang berjuang dan penuh rindu"
"Aku ingin jadi guru, mengajari membaca, menulis, dan berhitung"
"Aku ingin jadi ilmuan sejati, menciptakan penemuan baru yang luar biasa"
Kita semua begitu bersemangat mengagungkan cita-cita itu. Dulu.
Namun, setelah kita benar-benar menjadi dewasa cita-cita itu perlahan memudar dan menumbuhkan cita-cita baru yang sangat sederhana.
"Aku hanya ingin bahagia"
"Aku cuma ingin melamun tanpa memikirkan apapun"
"Aku tidak tahu harus bagaimana"
Selain semakin sederhana, cita-cita masa kecil itu bahkan akan menghilang tergerus waktu dan rasa lelah yang mulai terasa di badan yang juga perlahan mulai menua.
Aku, kamu, kita semua sibuk dan berambisi untuk mencapai sesuatu yang menjadi tolok ukur kesuksesan peradaban saat ini.
Benar?
Aku pun hingga saat ini tidak pernah paham apa arti 'kesuksesan' yang diagung-agungkan orang-orang.
Kenapa pula kita semua harus menuruti tolok ukur sialan itu?
Tidak bisakah kita semua hidup tenang-tenang saja, mengikuti jalan yang sudah dibentangkan Tuhan dengan penuh suka cita.
Kita semua memang harus berjuang. Tapi jangan berjuang mati-matian. Berjuanglah sewajarnya, jangan lupakan bahwa hidupmu dan takdirmu ada di tangan Tuhan.
Menyerah?
Siapa juga yang tidak pernah menyerah, kita semua pernah menyerah. Aku juga pernah menyerah.
Aku pernah menyerah pada diriku sendiri. Aku pernah ingin segera kembali kepada Tuhan karena sudah teramat lelah dengan kehidupan yang diberikan-Nya kepadaku.
Lalu, aku tahu. Aku lelah dengan kehidupan karena tidak mengerti dengan isyarat Tuhan.
Tuhan memberikan kita kelelahan, kesakitan, kedukaan, untuk memanggil kembali karena kita semua terlalu jauh dari-Nya.
Sudah kubilang, kita semua terlalu mengejar dunia hingga melupakan bahagia, kebahagiaan yang sejati.
Coba sekarang, tanyakan kepada dirimu "Are you okay?"
Renungkan segala hal hebat yang telah kaulakukan belakangan ini, katakan kepada dirimu, "Aku bangga, kamu hebat, kamu sudah bekerja keras, selamat!"
Terakhir, ingatlah kegagalan yang mampir di kehidupanmu, lalu katakan lagi kepada dirimu, "Gagal ya? Ayo kita perbaiki! Atau kamu masih capek? Ya sudah, istirahat dulu, nanti kita coba lagi."
Jika sudah mulai ingin menyerah, maka istirahatlah.
Kita manusia, kita bisa lelah.
Kita manusia, salah adalah kebiasaan kita.
Kita manusia ......***
Komentar
Posting Komentar